Kini Kutemukan Cintaku
“Andaikan kita kerja,tanpa rasa suka
rela,pastilah usaha kita kan
sia-sia. Harapan kita agar generasi muda kita lebih sempurna dari generasi
kita. Ikhlaskan Bhaktimu selalu sebagai putera Pertiwi, binalah bangsa yang
berbudi bawa laksana. Marilah kerja tanpa harap balas jasa,pastilah Negara kita
Jaya Sentosa!!!!”
Itulah sepenggal lagu yang dikirim oleh kak Aden, seorang atasanku
dalam suatu kepanitiaan. Lagu yang berjudul Ikhlas Bhakti itu berisi sebuah
pesan kepada kami,agar ikhlas melakukan suatu pekerjaan. Namaku amal, aku
seorang pelajar disebuah Madrasah Aliyah Negeri terkemuka dikota ku. Secara
resmi aku masuk dalam sebuah organisasi Kepramukaan. Pramuka… mendengar namanya
saja bagi pelajar zaman sekarang merupakan sebuah organisasi dan
ekstrakulikuler yang menyeramkan. Mungkin dalam pikiran mereka, dipramuka
hanyalah kegiatan yang menuntut untuk menghafal Dasa Dharma, sandi, semaphore,
morse, dan hal-hal yang menyebalkan lainnya. Namun bagiku Pramuka tak seperti
yang mereka bayangkan.
Saat ini aku tengah menangani sebuah
kegiatan yang berhubungan dengan Pramuka. Dan pada kesempatan ini pula aku di
izinkan untuk menjadi seorang sangker. Aku menjabat sebagai sie acara. Acara
ini bernama PERSAHAD atau perkemahan sabtu ahad. Ini merupakan acara yang rutin
dilakukan oleh gugus depan kecamatan Mlati. Peserta pada perkemahan ini adalah
murid SD dari kelas 3-6 sedesa Sinduadi. Oh…Gosh.. aku masuk dalam suatu acara,
dan pesertanya adalah anak SD, dengan berbagai sifat dan kelakuan mereka yang
berbeda-beda. Aku menyerah, mungkin aku tak akan mampu menghadapi itu semua.
Itulah pemikiran awalku mengenai anak SD.
Jujur saja,aku paling tidak suka dengan anak
kecil. Apalagi jika ditambah dengan kelakuan mereka yang mungkin akan menguras
kesabaranku. Ngeyel, jail, berisik, nakal, susah diatur, itulah sifat yang
pasti dimiliki anak-anak SD yang tengil.. Dalam kegiatan ini, aku tak
bekerja sendirian. Sekolahku sendiri mengirim 18 personil untuk membantu
pelaksanaan kegiatan, ditambah lagi 14 personil dari Madrasah Aliyah Negeri
lain dan 15 personil dari MTSn. Kami diberi waktu selama 2 Minggu untuk
merancang acara dengan baik. 2 Minggu??? Waktu yang sangat singkat bagiku untuk
merancang sebuah acara. Apalagi aku belum mengerti acara ini menggunakan tema
apa, apa saja yang akan dilakukan, belum lagi aku kesusahan untuk mencari
kegiatan yang cocok dilakukan untuk anak SD. Namun untungnya aku memiliki
partner kerja yang baik, kak Diha namanya. Ia berasal dari sekolah yang sama
denganku, jadi tidak terlalu sulit bagi kami untuk berkomunikasi. Namun kami
hanya diberi waktu satu hari untuk memberikan rancangan acara kami. Beruntung,
Kak Diha telah meminjam juknis acara yang tahun lalu. Jadi,ia membuat susunan
acara, dan kegiatan yang masih belum terisi akan ku kerjakan esok hari saat
disekolah. Dengan bantuan dari sie lomba aku berhasil menyelesaikan susunan
acara itu. Kami segera mengirim susunan itu ke Madrasah Aliyah yang bekerja sama
dengan kami. Karena seharusnya hari ini akan diadakan rapat seluruh panitia,
namun kebetulan sekolah kami sedang menyelanggarakan latihan rutin pramuka,
jadinya kami tak bisa menghadiri acara tersebut, kami hanya nitip data. Hehe….
*****
Hari ini tanggal 27 Januari 2012, kami
dikumpulkan untuk menggelar gladi bersih acara. Kami mulai memasang
kapling-kapling untuk tenda, survey lapangan, dan menyatukan jiwa kami untuk
satu tujuan yang sama. Digladi bersih kali ini aku bertemu dengan seorang
alumni dari sekolahku, yang dulu juga
aktif dalam kegiatan Kepramukaan. Beliau bernama Kak Laila. Beliau pengajar
pramuka di SD Sinduadi, karena beliau mengajar murid dalam tingkat siaga maka
beliau dipangil dengan sebutan Bunda Laila. Disini aku mulai berpikir lagi, apakah
aku esok hari akan dipanggi Bunda juga pada saat mengisi acara??? Oh tidakkk….
Aku tak mau.
*****
Hari yang ditunggu datang juga. Aku
penasaran bagaimana bentuk anak-ank sd yang akan kutangani, meskipun pada hari
sebelumnya aku sempat melihat bagaimana bentuk dari mereka. Tidak terlalu
buruk, lumayan imut. Ah.. jangan terlena Amal… mungkin itu hanya luarnya saja.
Hari ini cuaca cukup panas. Aku tak tau itu karena terik matahari atau panasnya
hatiku saat ini ( nahloh, apa hubunganya?). Sesampainya di Sinduadi, tempat yang
pertama kali kukunjungi adalah barak perkemahan. Barak perkemahan lumayan
bagus, meskipun terdapat disuatu tempat yang berjejeran langsung dengan kebun
yang pasti terdapat ribuan nyamuk, namun antusias para peserta cukup baik.
Dari semua kegiatan saat aku sampai
diperkemahan, yang terpikir dalam otakku adalah belum apa-apa anak anak ini
sudah memasak. Kan
ini blom ada setengah kegiatan, apa mereka tak takut persediaan makannya
habis???. Lamunanku akan kegitan anak-anak kecil itu buyar ketika Rivan,
panitia dari MTsN mendatangiku.
“Mbak, kamu dicari Kak Doni, di pos belakang
“, kata anak kecil yang sebelumnya sempat ku kagumi. “oh iya, makasih ya “,
jawabku. Aku bergegas menuju Pos belakang, dengan membawa sejumlah kertas
proposal tentang kegiatan ini.
“Dek, upacaranya nanti jam berapa ?”, Tanya
Kak Doni sesampainya aku disana. “ jam 15.30 kak”, jawabku dengan sedikit
paksaan senyum dari bibirku. “ Oh, ya udah. Ini kamu tak kasih HT biar
gampang hubungi kamu sama panitia lain “, kata Kak Doni sambil memberiku sebuah
handy-talky.
Setelah menerima HT dari Kak Doni, aku segera menuju sekertariatan
depan, sembari berpikir pelaksanaan upacara yang akan terjadi.data petugas upacara
telah ku kantongi. Namun permasalahanya saat ini adalah dimanakah mereka semua
sekarang. Upacara kurang 15 menit lagi, namun para petugas belum semuanya
datang. Aku kembali berkoordinasi dengan Kak
Prima, ia adalah
salah seorang panitia dari MAYOGA, madrasah Aliyah lainnya. Akhirnya dengan
bantuan beberapa rekan dari sekolahnya, upacara tersebut berjalan dengan
lancar. Aku sedikit menebalkan muka, karena aku tak bisa menghandle para
petugas dari sekolahku dengan baik.
*****
“ acara acara, apa
acara selanjutnya?? “, bunyi HT mengejutkanku ketika aku tengah menatap langit
yang mulai mendung dan meneteskan gerimis. “ ISHOMA kak….”, jawabku. “ Ini
bagaimana,cuaca mulai nggak nentu, saumpama hujan lebat, peserta mau diungsikan
kemana?”, Tanya seseorang dibalik HT. “ langsung ke ruang kelas aja kak,
namun berdo’a aja moga nggak hujan”, harapku dalam cemas.
Sesaat setelah HT mati aku langsung
pergi berunding menyusun acara lain. Iya, acara yang masih menjadi peerku. Saat
ini aku harus berunding dengan korlap tentang upacara api unggun malam harinya.
Ya Allah, tolong hambamu ini. Aku belum pernah mengadakan acara api unggun, apa
yang harus aku lakukan saat ini. Aku tak mungkin menebalkan mukaku untuk
kesekian kalinya.
*****
Saat waktu
ISHOMA terjadi keributan disana-sini. Dan disaat inilah hal yang paling aku
benci. Aku harus menghadapi anak SD bandel, mereka berusaha kabur dari area
sekolahan dengan berbagai alasan yang keluar dari mulut manisnya. Sedikitnya
personil kamI membuat petugas yang berjaga di gerbang mulai kewalahan
menghadapi 300 peserta. Akhirnya petugas yang tak bekerja sebagai keamanan ikut
terjun ke gerbang, termasuk aku. Dan memang kesabaranku benar benar diuji, ada
yang menaiki gerbang, ngeyel pengen keluar sampai dengan alasan bahwa
orang tua mereka sudah menunggu digerbang. Dengan seribu cara bujuk rayuan
kami, namun mereka tetap tak mau duduk berdiam diri ditenda masing masing.
Akhirnya kami mengizinkan mereka keluar dari wilayah sekolah, namun dengan
penjagaan beberapa petugas. Dan bagi peserta putri kami mampu meyakinkan mereka
dengan cerita yang dibuat-buat oleh para petugas. Masalah gerbang pun mulai
terselesaikan, aku pun ikut nimbrung untuk dengerin cerita. Tiba-tiba
satu regu anak perempuan kelas 4 SD menemuiku. Salah satu dari mereka bertanya
kepadaku, “ kak nanti ada acara jejak malam ya ?”. satu hal yang sangat aku
syukuri saat ini adalah, karena aku tak dipanggil dengan sebutan “BUNDA” haha,,
“ nanti liat aja dek, kalo hujan ya enggak ada, kalo hujan
ya….”, jawabku. Aku menikmati saat-saat bersama mereka, dengan segala tingkah
lucu dari mereka, mereka ada yang membawa boneka shaun, ketawa dengan
memperlihatkan gigi susunya, dan aku sempet mendapat pelukan dari salah seorang
anggota regu mereka. Ah sayang, panggilan dari HT mengganggu saat aku
bersama mereka. Aku lupa menanyakan siapa nama mereka, atau mereka dari regu
apa. Ah bodohnya aku.
*****
Upacara api
unggun telah siap dimulai. Tumpukan kayu telah berada ditengah lapangan
upacara. Upacara telah siap dilakukan. Semua petugas upacara sudah terbentuk.
Pada akhir upacara, ketika api unggun telah nyala maka kreatfitasi para anak SD
harus dikeluarkan. Saat ini petugas kami tengah menyebrangkan anak-anak SD ke
gedung sebelah, karena upacara akan dilakukan digedung SD Sinduadi sebelah
selatan. sebelum upacara ini dimulai,
aku sempat didatangi beberapa anak SD.
“ Kak, ini nanti lampunya akan dimatiin ya?”, Tanya mereka
penuh kepolosan. “ wah mungkin iya dek, tapi nggak bakalan gelap kok, soalnya
ntar ditenghahnya ada api unggunnnya “, jawabku seraya meyakinkan mereka.
Setelah mendengar jawabanku tadi mereka lantas pergi ke gedung
sebelah. Karena aku sedang tak bertugas upacara, akhirnya aku berkeliling
lapangan upacara sambil mendisiplinkan anak-anak yang bandel.
“ tuk gentang gentung joss, pramuka yes, tawuran no!!!”
Kata itu selalu terdengar pada setiap kegiatan yang kosog,
lucu memang, tapi memiliki makna yang berarti. Namun disela riuh mereka
mempertandingkan yel, tiba-tiba lampu dimatikan. Banyak dari anak perempuan
yang menjerit karena gelap. Tak lama kemudian api unggun dinyalakan oleh Febri,
kawanku. Kulihat senyum lebar dari mereka, karena sebetulnya acara ini lah yang
ditunggu. Setelah api unggun menyala, beberapa regu dari mereka menunjukan
kreatifitas, namun aku tak sempat melihatnya. Karena aku memutuskan untuk
mencabut diriku dari keriuhan dan menemani beberapa orang yang sedang berjaga
disekertariatan.
*****
“ semuanya
nanti kemaren yang udah survey tolong jadi pos inti “, kata kak Zumi pada saat
briefing acara setelah upacara api ungun. Ini adalah saatnya untuk jejak malam.
Kami akan membawa adik-adik dari SD kekuburan, sambil melewati beberapa rute
yang telah kami tentukan. Kami membawa mereka bukan untuk menakuti, namun kami
hanya ingin meluruskan aqidah. Mereka beranggapan bahwa pocong dan hantu yang
lainya bermukim dikuburan, sehinnga mereka takut dengan kuburan. “ nanti 10
orang jadi pos inti “, ucap kak Zumi lagi. “ yang mau langsung acungkan jari,
terutama yang sudah survey kemarin “, tambah Kak Aden. Satu persatu dari kami
mulai mengacungkan jarinya, namun itu tak berarti bagiku. Karena jujur saja aku
sedikit takut dan tidak tau rutenya. “ jadi nanti yang sisanya jadi pos
bayangan “, imbuh kak Wiwit.
Perjalanan
telah siap dilakukan. Aku mendapat bagian pos bayangan dari peserta perempuan.
Lebih baik daripada aku harus berjaga sebagai pos inti yang berjaga dikuburan.
Heee…sereeeem…aku memperoleh bagian untuk berjaga dipos bayangan 5. karena
lokasinya tidak terlalu gelap, didaerah perumahan warga dan ada sebuah
angkringan yang cukup ramai. Meskipun waktu menunjukan pukul 23.26. aku berjaga
sendirian untuk beberapa saat. Peserta pertama telah sampai ditempatku. Aku tak
banyak bicara pada saat itu, karena bingung. Akhirnya aku hanya berpesan untuk
jaga pikiran dan kekompakkan.itu lah yang ku katakana kepada setiap peserta yang
menyinggahi posku. Setelah peserta ke empat meninggalkan posku, sesaat setelah itu
aku tidak berjaga sendirian. Aku ditemani oleh Pandu, rekan satu sangker.
Berhubung dia laki-laki, kami selalu mendapat ledekan dari peserta ataupun
sangker yang lewat menyinggahi posku sempat aku mendengar ucapan salah satu sangker
dari Saka Bhakti Husada, dan masih kuingat wajah dari kakak SBH itu, ialah
sangker yang bekerja menjadi penjaring saat PDTku dulu, “ ihir ihir… ,malam
minggu paling enak berduaan, sambil jaga pos lagi “, namun kami anggap itu
hanya sentilan dinihari.
Akhirnya
semua peserta perempuan telah habis. Aku berpikir akankah aku berdiam diri
menunggu kejelasan tentang nasib dua orang penjaga pos ditengah gelapnya malam
dan dinginya dinihari, diatas kebimbangan untuk menunggu peserta laki-laki atau
kami kembali menuju basecamp. Namun disaat kebimbangan itu, tiba-tiba datang
rombongan petugas penjaga pos sebelumku, mereka datang berombongan dengan wajah
penuh keceriaan..
“ Loh, pesertanya udah abis po kak, kok kalian pada kesini.
Bukanya kita masih nungguin anak cowok ya?? “, ucapku penuh tanya.
“ aku nggak tau, tapi aku udah nungguin dari tadi, nggak ada
peserta yang nyampek tempatku ik “, ujar Kak Rosyid.
“ tapi tadi kata Kak Zumi kita masih nungguin anak cowok “,
ucapku.
“ ya udah, kita jalan dulu aja, saumpama ntar ada anak cowok
ya kita balik aja “. Kata Kak Rosyid meyakinkanku.
Kami terus berjalan ke pos berikutnya, dan hingga
akhirnya sampailah kami disebuah tikungan. Panitia yang berjaga dipos dekat tikungan
menatap kami penuh kebingungan. Hingga akhirnya kami berjalan melewati belokan
dan melihat rombongan anak-anak regu putra. Tanpa pikir panjang kami berbalik
arah dan berlari kembali menuju pos kami masing-masing. Padahal saat ini waktu
menunjukkan pukul 02.30 dini hari. Dan itu artinya kami olahraga dini hari,
waw….. Namun semua itu tetap kami jalankan dengan ikhlas, tanpa suatu paksaan,
karena dipramuka kami dituntut bekerja secara ikhlas. Hingga kegiatan persahad
selesai, aku tetap merasakan kebahagiaan yang tak pernah kudapatkan selama aku
berada diorganisasi lain.
Kekompakkan,
kebersamaan, kekeluargaan, tolong menolong adalah sesuatu yang sangat jarang kudapatkan.
Kami tetap dianggap meskipun kami sudah tak bekerjasama lagi. Aku meyakini
bahwa aku akan merasakan kerinduan pada saat-saat kami bercanda, panik, stress,
sibuk lari sana-sini untuk mencapai suatu tujuan. Dipramukalah aku menemukan
diriku yang sebenarnya. Jiwa yang ingin bebas bereksplorasi. Jiwa yang sedang
mencari jati dirinya untuk yang kedua kalinya. Dan lewat forum kepanduan
sinduadi, kini kutemukan cintaku, dan cinta itu adalah PRAMUKA.